Hujan Jadi Ancaman: Kecemasan Warga Cibuntu Sukabumi
Hujan yang biasanya menjadi berkah, kini justru berubah menjadi momok bagi warga Kampung Cijolang dan Citegal, Desa Cibuntu, Kabupaten Sukabumi. Setiap kali langit mulai mendung, warga dilanda rasa was-was akan datangnya bencana. Curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari terakhir membuat masyarakat hidup dalam ketakutan, terutama saat sore hingga malam hari
Hujan Jadi Ancaman: Kecemasan Warga Cibuntu Sukabumi
Ketegangan di Balik Derasnya Hujan
Pada hari-hari biasa, aktivitas warga berjalan seperti biasa. Namun, sejak beberapa waktu lalu, setiap pukul 17.00 WIB ke atas, langit kerap mencurahkan hujan deras yang berlangsung hingga sekitar pukul 20.00 WIB. Derasnya air hujan tersebut menyebabkan saluran irigasi yang ada tak mampu menampung volume air, sehingga memicu luapan ke permukiman warga.
“Begitu mendengar suara hujan deras, kami langsung waspada. Biasanya air naik dengan cepat,” ungkap salah satu warga Cijolang. Warga lainnya menambahkan bahwa genangan air seringkali muncul mendadak dan tanpa tanda-tanda awal yang mencolok, membuat mereka kesulitan untuk mengantisipasi.
Titik Terparah: Cijolang dan Citegal
Kampung Cijolang dan Citegal disebut sebagai dua titik yang paling terdampak parah akibat luapan air. Rumah-rumah warga yang berada di dataran rendah menjadi sasaran utama genangan air. Banyak dari mereka terpaksa memindahkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi atau bahkan mengungsi sementara ke rumah kerabat.
“Beberapa kali kami harus mengungsi malam-malam sambil membawa anak-anak. Hujan deras yang tiba-tiba datang membuat kami tidak bisa tidur tenang,” ujar seorang ibu rumah tangga dari Kampung Citegal. Ia berharap adanya solusi konkret dari pihak berwenang untuk mengatasi persoalan banjir yang kerap berulang ini.
Saluran Irigasi Tidak Memadai
Salah satu penyebab utama banjir yang sering melanda wilayah ini adalah kapasitas saluran irigasi yang tak lagi memadai. Dibangun puluhan tahun lalu, sistem drainase tersebut kini tak mampu menampung derasnya curah hujan yang semakin tinggi dari tahun ke tahun. Ditambah lagi, adanya penyumbatan oleh sampah dan endapan tanah membuat aliran air tersendat.
Beberapa warga menyampaikan bahwa mereka telah melakukan upaya mandiri, seperti membersihkan saluran air di sekitar rumah secara gotong-royong. Namun, mereka mengakui bahwa langkah tersebut belum cukup untuk mengatasi permasalahan yang lebih besar.
Harapan akan Tindakan Pemerintah
Warga Desa Cibuntu berharap adanya perhatian lebih dari pemerintah daerah dan instansi terkait. Mereka menginginkan perbaikan saluran irigasi, pembangunan tanggul darurat, hingga sistem peringatan dini banjir agar risiko bencana dapat diminimalkan.
“Kami sudah melaporkan kondisi ini ke perangkat desa. Kami butuh solusi jangka panjang, bukan sekadar bantuan sementara setiap kali banjir datang,” tutur seorang tokoh masyarakat setempat.
Beberapa usulan warga antara lain adalah pengerukan saluran air, penambahan gorong-gorong, serta pembangunan tanggul pengaman di titik rawan. Mereka percaya bahwa jika dilakukan penanganan serius, permasalahan ini bisa diatasi.
Upaya Masyarakat Menjaga Kewaspadaan
Meski hidup dalam bayang-bayang ancaman banjir, warga berupaya untuk tetap waspada dan saling membantu. Mereka membentuk kelompok relawan kecil di setiap RT untuk melakukan pemantauan hujan, serta menyiapkan jalur evakuasi mandiri.
“Warga sudah sepakat, kalau hujan deras turun lebih dari satu jam, kami akan siap-siap evakuasi. Ini langkah antisipatif karena trauma sudah terlalu sering,” ujar seorang relawan muda di Cibuntu.
Penutup
Apa yang terjadi di Desa Cibuntu, khususnya Kampung Cijolang dan Citegal, mencerminkan bagaimana perubahan iklim dan infrastruktur yang kurang memadai dapat menimbulkan ketidaknyamanan serius bagi masyarakat. Hujan seharusnya menjadi anugerah, bukan sumber kecemasan. Oleh karena itu, diperlukan sinergi antara warga dan pemerintah untuk mencari solusi yang tepat dan berkelanjutan demi keselamatan bersama.