Kerusakan 10 Rumah Akibat Pergerakan Tanah di Cimahi
CIMAHI — Kondisi cuaca yang tidak menentu dan struktur tanah yang labil di wilayah Cimahi kembali memakan korban. Sebanyak 10 rumah warga di Kampung Babut Tengah, Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara, mengalami kerusakan cukup parah akibat fenomena pergerakan tanah yang terjadi beberapa hari terakhir. Warga setempat kini hidup dalam kecemasan dan waspada terhadap kemungkinan longsor susulan.
Kerusakan 10 Rumah Akibat Pergerakan Tanah di Cimahi
Kronologi Awal Pergerakan Tanah
Fenomena pergerakan tanah ini pertama kali dirasakan warga pada malam hari, ketika sebagian besar sedang beristirahat. Beberapa penduduk mengaku mendengar suara gemuruh kecil dan retakan tanah yang mulai muncul di sekitar pekarangan rumah. Kejadian ini kemudian disusul dengan munculnya keretakan pada dinding dan lantai rumah secara bertahap. Hingga akhirnya, pada pagi harinya, sebagian rumah terlihat miring, dinding pecah, dan fondasi tidak lagi stabil.
Menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cimahi, pergerakan tanah di kawasan ini disebabkan oleh curah hujan tinggi yang mengguyur wilayah Cimahi selama beberapa hari berturut-turut. Tanah yang menyerap air secara berlebihan menjadi labil dan menyebabkan struktur tanah mengalami pergeseran.
Kerusakan yang Terjadi
Dari total 10 rumah yang terdampak, lima di antaranya mengalami kerusakan berat. Dinding rumah roboh, lantai terbelah, dan atap rumah bergeser dari posisi semula. Sementara itu, lima rumah lainnya dikategorikan rusak sedang hingga ringan, namun tetap dalam pengawasan karena masih berada di zona rawan.
Salah satu warga, Pak Darto, mengatakan bahwa ia bersama keluarga kini terpaksa mengungsi ke rumah saudaranya. “Kami takut rumah ambruk sewaktu-waktu. Sekarang tinggal bawa barang-barang penting aja, sisanya biar nanti dulu,” ucapnya dengan nada khawatir.
Tanggapan Pemerintah dan Penanganan Awal
Pemerintah Kota Cimahi melalui BPBD dan Dinas Sosial telah melakukan langkah-langkah tanggap darurat, seperti mendirikan posko sementara, menyediakan logistik dasar untuk pengungsi, dan memasang garis pengaman di area terdampak. Selain itu, tim geologi juga telah diturunkan ke lapangan untuk memetakan area pergerakan tanah serta menilai potensi ancaman lanjutan.
“Warga diimbau untuk tidak kembali ke rumah terlebih dahulu sampai hasil kajian geologi selesai. Keselamatan menjadi prioritas utama,” ujar Kepala BPBD Kota Cimahi, Budi Santosa.
Upaya Pencegahan dan Edukasi Masyarakat
Melihat potensi pergerakan tanah di kawasan Cimahi yang cukup tinggi, BPBD bersama Dinas Lingkungan Hidup juga mulai merancang program edukasi kepada masyarakat tentang mitigasi bencana. Warga akan diberi pelatihan mengenai cara membaca tanda-tanda awal pergerakan tanah dan tindakan evakuasi mandiri.
Langkah antisipasi jangka panjang juga sedang disusun, termasuk pembangunan drainase yang lebih baik, larangan pembangunan di zona rawan, serta penghijauan kembali wilayah dengan kemiringan ekstrem.
Harapan dan Kekhawatiran Warga
Banyak warga yang berharap pemerintah segera memberikan solusi jangka panjang agar tidak terjadi hal serupa di masa depan. Beberapa dari mereka bahkan mulai mempertimbangkan relokasi ke tempat yang lebih aman.
“Kami butuh kepastian. Kalau memang daerah ini sudah tidak aman, ya relokasi saja, tapi kami mohon ada bantuan,” ujar Bu Erna, warga lain yang rumahnya rusak berat.
Kesimpulan
Peristiwa pergerakan tanah di Kampung Babut Tengah, Cimahi, menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya memperhatikan aspek lingkungan saat membangun rumah. Pemerintah daerah dan masyarakat harus bersinergi dalam menjaga keamanan wilayah dari bencana geologi semacam ini. Edukasi, mitigasi, dan kesiapan adalah kunci untuk mengurangi dampak kerusakan yang bisa ditimbulkan di masa mendatang.