Jakarta masyarakat Indonesia kembali dihebohkan

Jakarta masyarakat Indonesia kembali dihebohkan

Jakarta masyarakat Indonesia kembali dihebohkan

Fenomena penyebaran hoaks terkait bencana bukanlah hal baru. Namun, kali ini penyebarannya lebih masif, terutama setelah sejumlah wilayah seperti Bekasi dan wilayah calon Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur diterpa isu bencana. Dalam banyak kasus, materi hoaks berupa video lama, foto dari luar negeri, atau bahkan hasil rekayasa digital.

Jakarta masyarakat Indonesia kembali dihebohkan

Hoaks di Bekasi: Banjir yang Tak Pernah Terjadi
Salah satu hoaks yang viral adalah video banjir besar yang diklaim terjadi di Bekasi. Dalam video tersebut terlihat arus air yang deras menghantam perumahan padat penduduk. Setelah ditelusuri oleh tim pemeriksa fakta, video itu ternyata merupakan dokumentasi lama dari kejadian di India tahun 2020. Namun, akun-akun tak bertanggung jawab mengunggah ulang dengan narasi seolah-olah banjir itu terjadi di Bekasi minggu ini.

Pemerintah Kota Bekasi pun segera mengeluarkan klarifikasi melalui media sosial resminya. Warga diminta tidak langsung mempercayai informasi yang tidak memiliki sumber jelas dan dianjurkan mengecek melalui kanal resmi seperti BMKG atau BPBD.

Isu Gempa di IKN: Narasi Menyesatkan Soal Keamanan

Tak kalah menghebohkan adalah klaim palsu yang menyebutkan bahwa Ibu Kota Negara (IKN) rawan gempa besar dan baru-baru ini mengalami getaran hebat. Narasi ini muncul dalam bentuk tangkapan layar dari seismograf disertai dengan caption provokatif.

Faktanya, BMKG menyatakan tidak ada aktivitas seismik signifikan di sekitar wilayah IKN dalam waktu yang disebutkan. Tangkapan layar tersebut ternyata merupakan data gempa dari Filipina yang telah diubah keterangannya. Banyak pihak menilai hoaks ini sengaja disebarkan untuk menimbulkan keraguan publik terhadap pembangunan IKN.

Kenapa Hoaks Bencana Mudah Viral?
Informasi mengenai bencana sangat sensitif karena menyangkut keselamatan dan nyawa manusia. Itulah sebabnya, ketika konten visual seperti video atau foto yang dramatis muncul, publik langsung tergerak menyebarkannya tanpa verifikasi terlebih dahulu.

Menurut pakar komunikasi digital, berita palsu seputar bencana menyebar lebih cepat dibandingkan berita benar karena memanfaatkan emosi, terutama rasa takut dan empati. Hal ini diperparah oleh rendahnya literasi digital di kalangan pengguna media sosial.

Pemerintah dan Media Bergerak Cepat
Berbagai lembaga seperti Kominfo, BMKG, dan media arus utama kini memiliki unit khusus untuk menangkal hoaks. Melalui kanal media sosial dan situs resmi, mereka secara berkala merilis klarifikasi serta himbauan kepada masyarakat agar lebih cermat dalam menerima dan membagikan informasi.

Pemerintah juga mendorong masyarakat untuk menggunakan fitur fact-checking yang kini tersedia di berbagai platform seperti Google, Facebook, hingga WhatsApp. Warga bisa melaporkan informasi mencurigakan ke layanan aduan seperti aduankonten.id.

Tips Menghindari Hoaks Seputar Bencana
Agar tidak mudah terjebak dalam informasi palsu, berikut beberapa langkah sederhana yang bisa diterapkan:

Periksa Sumber Informasi: Pastikan berita berasal dari lembaga resmi seperti BMKG, BNPB, atau media terpercaya.

Cek Tanggal dan Lokasi: Banyak hoaks berasal dari kejadian lama atau luar negeri yang diklaim sebagai peristiwa terkini.

Gunakan Mesin Pencari: Salin potongan narasi dan cari di Google untuk memastikan apakah informasi tersebut sudah diklarifikasi.

Laporkan Konten Palsu: Jika menemukan hoaks, segera laporkan ke platform media sosial yang bersangkutan.

Penutup
Hoaks seputar bencana alam bukan hanya menyebarkan ketakutan, tapi juga berpotensi menghambat upaya penanggulangan bencana yang sesungguhnya. Masyarakat harus lebih waspada dan bijak dalam menyaring informasi, terutama di era digital saat ini. Dengan literasi yang lebih baik, kita bisa bersama-sama memutus rantai penyebaran hoaks dan menjaga ketenangan publik saat terjadi situasi darurat.